- Diposting oleh : Hamba Allah
- pada tanggal : April 09, 2025
IMNAD.or.id - Di tengah riuhnya tantangan zaman dan arus kehidupan modern yang terus menggerus nilai-nilai tradisional, lahirlah sosok Tgk. Misbar As-Salmani, seorang mubaligh muda asal Aceh Selatan yang tumbuh dalam kesederhanaan, namun menyala dengan semangat dakwah dan cinta terhadap ilmu agama.
Lahir pada 22 Juli 1997 di Gampong Pulo Ie I, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan, Tgk. Misbar adalah potret anak kampung yang tumbuh dalam balutan nilai-nilai keislaman sejak usia dini.
Warisan Nilai dari Ayah dan Ibu
Tgk. Misbar adalah anak dari pasangan almarhum Tgk. Raden
Salmani dan almarhumah Putihat. Sang ayah adalah seorang penjahit sarung dan
pedagang garam kampung, sementara sang ibu menjalani peran sebagai ibu rumah
tangga.
Namun lebih dari itu, kedua orang tua Tgk. Misbar adalah
guru pertama dalam hidupnya. Sang ayah, yang juga dikenal sebagai guru ngaji
kampung, mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak sekitar dari rumahnya yang
sederhana. Di sanalah, benih-benih cinta terhadap Al-Qur’an dan ilmu agama
mulai tumbuh dalam diri Tgk. Misbar.
Lingkungan keluarga yang religius dan sederhana menjadi
lahan subur bagi pembentukan karakter keilmuan dan ruh dakwahnya. Di tangan
ayah dan ibunya, Tgk. Misbar belajar membaca juz ‘amma, dan pelan-pelan
merambah hingga mampu memahami kitab-kitab kuning beraksara Jawi. Bukan hanya
pembelajaran teks, tapi juga teladan hidup dari orang tua yang bersahaja,
sabar, dan ikhlas dalam menjalankan peran di tengah masyarakat.
Bakat Pidato Sejak Kecil
Bakat dakwah Tgk. Misbar tidak lahir tiba-tiba. Sebagai akivis muda dari kalangan santri, sejak masih
duduk di bangku sekolah dasar, ia telah aktif mengikuti berbagai lomba pidato.
Di balik penampilannya yang masih belia, mental dakwahnya terus digembleng
langsung oleh sang ayah dan kakaknya, yang tak pernah lelah menyusun dan
melatih materi pidato untuk ajang-ajang perlombaan.
Momentum itu semakin menguatkan tekad Tgk. Misbar untuk menapaki jalan dakwah secara lebih serius. Ketika lulus dari SMP, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke lingkungan pesantren sebagai jalan untuk memperdalam ilmu agama sekaligus mengasah kemampuan dakwahnya.
Menapak Jalan Ilmu dari Dayah ke Dayah
Jejak pendidikan Tgk. Misbar berawal dari SD Negeri 1 Asahan
Cut dan SMP Negeri 2 Kluet Utara, Aceh Selatan. Namun, ruh keilmuannya justru
tumbuh subur di lingkungan pendidikan non-formal, yaitu dayah. Tahun 2005, ia
mulai belajar di TPA Miftahurrahmah di bawah bimbingan Tgk. M. Nur, alumni
Dayah Darurrahmah.
Tahun 2008, Tgk. Misbar melanjutkan pendidikan di Dayah
Raudhatussa’adah yang diasuh oleh almarhum Abu H. Djazuli Al-Jailani. Di sana,
pondasi keilmuan klasiknya dikuatkan, termasuk dalam penguasaan kitab-kitab
turats. Tahun 2013, ia melanjutkan ke Dayah Serambi Aceh Melboh, Aceh Barat, di
bawah bimbingan Abu Mahmuddin, dan pada tahun 2017 kembali memperdalam ilmu di
Dayah Madinatuddiniyah Babul Huda, Aceh Selatan, yang dipimpin oleh Abiya H.
Hamdani Abdullah.
Setiap dayah yang ia tempuh bukan hanya menjadi tempat menuntut ilmu, tetapi juga ladang pembentukan karakter, penempaan mental, dan medan dakwah di tengah kehidupan pesantren yang sarat nilai.
Dakwah dari Mimbar hingga Media Sosial
Perjalanan dakwah Tgk. Misbar dimulai dari lingkungan
terdekat, dari mimbar-mimbar kecil di kampung, hingga melebar ke berbagai
majelis dan forum keagamaan di wilayah Aceh Selatan. Ia dikenal sebagai
mubaligh muda yang mampu berbicara lugas, menyentuh hati, dan membumi. Materi
dakwahnya tidak hanya berisi nasihat-nasihat akidah dan ibadah, tetapi juga
mencakup isu-isu sosial, pendidikan, dan kemasyarakatan yang relevan.
Tak hanya berdakwah secara langsung, Tgk. Misbar juga
memanfaatkan media sosial sebagai salah satu sarana penyebaran dakwah. Di
tengah era digital, ia menyadari bahwa platform seperti Facebook dan WhatsApp
bisa menjadi medan dakwah yang efektif untuk menjangkau generasi muda yang
lebih akrab dengan teknologi.
Namun tentu saja, jalan dakwah tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesarnya adalah menumbuhkan minat keagamaan di kalangan anak muda yang cenderung mulai menjauh dari tradisi keilmuan Islam. Meski begitu, dengan pendekatan yang santun dan bersahabat, Tgk. Misbar terus berupaya menanamkan semangat cinta terhadap ilmu dan agama di hati para pendengar dan pengikutnya.
Peran Organisasi dan Pengabdian Sosial
Selain aktif berdakwah, Tgk. Misbar juga memainkan peran penting dalam berbagai organisasi keislaman dan kepemudaan. Pada tahun 2018–2020, ia menjabat sebagai Wakil PW Rabithah Thaliban Aceh (RADINA) Kabupaten Aceh Selatan. Kemudian pada tahun 2021–2024, ia dipercaya memimpin Ikatan Santri Pulo Ie (ISAP) dan kini masih menjadi pembimbing utama organisasi tersebut.
Tgk. Misbar juga menjabat sebagai Komandan Santri Bela Negara (SBN) sejak tahun 2021 hingga sekarang, serta menjadi anggota aktif Ittihadul Muballighin Aceh (IMNAD). Keterlibatannya dalam berbagai wadah ini menunjukkan kesungguhannya dalam membina masyarakat, khususnya generasi muda, agar terus terhubung dengan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sosial mereka.
Menyemai Cahaya Dakwah dari Kampung
Tgk. Misbar As-Salmani adalah salah satu contoh nyata bahwa
keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk mengabdi dalam jalan dakwah.
Dari rumah sederhana di Kluet Utara, cahaya dakwah beliau menyinari banyak hati
yang haus akan ilmu dan bimbingan. Semangatnya dalam belajar, berdakwah, dan
membina generasi muda menjadi inspirasi tersendiri di tengah masyarakat Aceh
Selatan dan sekitarnya.
Dengan ketekunan, keberanian, dan keikhlasan, Tgk. Misbar terus melangkah di jalan dakwah. Ia adalah simbol harapan bagi generasi muda Aceh yang ingin berkiprah di tengah masyarakat dengan semangat keilmuan dan nilai-nilai keislaman yang kuat. Semoga perjalanan beliau terus diberkahi dan menjadi cahaya yang menuntun umat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.